Breaking

Sabtu, 10 Juni 2017

Perawanku Di curi teman abangku


Sebenarnya aku dilahirkan menjadi anak yang beruntung. Papa punya kedudukan di kantor dan Mama seorang juru rias / ahli kecantikan terkenal. Sering jadi pembicara dimana-mana bahkan sering menjadi perias pengantin orang-orang beken di kotaku. Sayangnyaa mereka semua orang-orang sibuk. Abangku Ronny namanya, usianya terpaut jauh diatasku 5 tahun. Hanya dialah tempatku sering mengadu. Semenjak dia lulus dari kuliahnya setahun yang lalu yang saat ini sudah menjadi dosen di bagian IT di salah satu universitas negeri.rasanya semakin jarang aku dan kakakku saling berbagi cerita.

Di hari Minggu aku yang tersentak bangun kesiangan, kulirik jam dinding di kamarku yang menunjukan sudah pukul 12.00 siang, Segera aku beranjak dari tempat tidur dan berjalan ke arah kamar mandi untuk membersihkan diri, saat itu terdengar suara ketukan pintu rumah, bergegas aku keluar dari kamar mandi dan memakai baju. saat itu rumah hanya aku sendiri berhubung orang tuaku pergi keluar kota mengunjungi nenekku yang sedang sakit, Aku sebenarnya diajak Mama tapi aku menolak karena PR bahasa Inggrisku menumpuk. hanya aku dan abangku di rumah selama seminggu dan abangku pagi pagi sudah berangkat berhubung ada janji untuk les tambahan di universitas tempat abangku bekerja 

"Tok.. tok.. tok.." suara pintu terdengar sangat jelas.
"siapa yah" jawabku sedikit keras
Di balik pintu terdengar suara cowok menjawab, "Ini David".
Saya tidak tau itu siapa tapi bergitu pintu kubuka terlihat sosok cowok yang rapi dengan kemeja dan celana panjang hitam dan badan yang tegap,
"mas sapa ya.? apakah saya kenal."
"Maaf, Ronny ada di rumah gak ya.? yang rupanya kawan abangku 
"Bang Ronny sedang gak di rumah, Bang Ronny sedang ada urusan di tempat kerja." jawabku.
"Ronny kapan pulang ya.? tanyanya kembali kepada saya
"Bang Ronny sekitar jam 5 baru pulang, kalo abang tidak keberatan menunggu," sambil mempersilahkannya masuk.

Sambil menunggu abangku, kusuguhkan air minum ke teman abangku sambil duduk menemaninya dengan membaca koran yang berada di ruang tamu. Saat itu keadaan hening tanpa ada percakapan dan obrolan antara kita berdua, Terkadang matanya menatap ke arahku, aku yang berpakaian celana jeans dan kaos ketat merasa agak risih ditatap bergitu. Tak lama dia bertanya mengenaiku.

"Adiknya Ronny ya.? Boleh tau namanya.?"
"Saya Anita Bang," jawabku.
"Abang kenal abangku dari mana ya.? balikku bertanya.
" Saya kenal abangmu di universitas tempat abangmu bekerja, saya rekan kerjanya."
ohhh..., ( dalam hatiku tidak heran cara berpakaian dia rapi yang tak lain profesinya sama dengan abangku dosen di universitas negeri)
"Anita sudah punya pacar.?"Tanyanya kepadaku
"Belum bang David, bang david sendiri sudah punya pacar.?" Tanyaku kembali kepadanya 
"Belum juga, Anita suka cowok yang gimana.?"
"Aku yang penting Baik orangnya bang." Jawabku.
"Ohhh, kalo bang david sukanya sama cewek yang seperti Anita. sudah putih mulus, sexy dan masih polos." Jawabnya sambil senyum ke arahku.
Dalam hatiku ini cowok kq berani sekali bicara bergitu dengan teman adiknya, Tapi dengan wajahnya yang tampan dan postur tubuhnya yang tegap dan tinggi membuatku tidak bisa marah dengan kata katanya itu. Halooo, siapa sih yang gak luluh di puji bergitu sama cowok cakep bergitu. biar kata katanya genit.

Sambil menungu abangku , saya dengan bang david mengobrol. Di tengah obrolan dan bercanda kadang-kadang dia suka iseng, menggodaku. Tangannya seringkali menggelitik pinggangku sehingga aku kegelian.
Aku protes, “Datang-datang…, bikin repot. Mending bantuin aku ngerjain PR”. Eh…, Kak David ternyata nggak nolak, dengan seriusnya dia mengajariku, satu persatu aku selesaikan PR-ku.
“Yess! Rampung!”, aku menjerit kegirangan. Aku melompat Spontan dan memeluk Kak David, “Ma kasih Kak David”. Nampaknya Kak David kaget juga, dia bahkan nyaris terjatuh di sofa.
“Nah…, karena kamu sudah menyelesaikan PR-mu, aku kasih hadiah” kata Kak David .
“Apa itu? Coklat?”, kataku.
“Bukan, tapi tutup mata dulu”, kata dia. Aku agak heran tapi mungkin akan surprise terpaksa aku menutup mata.
Tiba-tiba aku merasa kaget, karena bibirku rasanya seperti dilumat dan tubuhku terasa dipeluk erat-erat.
“Ugh…, ugh…”, kataku sambil berusaha menekan balik tubuh Kak David .
“Anita…, nggak apa-apa, hadiah ini karena Kak David  sayang Anita”.

Rasanya aku tiba-tiba lemas sekali, belum sempat menjawab bibirku dilumat lagi. Kini aku diam saja, aku berusaha rileks, dan lama-lama aku mulai menikmatinya. Ciuman Kak David begitu lincah di bibirku membuat aku merasa terayun-ayun. Tangannya mulai memainkan rambutku, diusap lembut dan menggelitik kupingku. Aku jadi geli, tapi yang jelas saat itu aku merasa beda. Rasanya hati ini ada yang lain. Kembali Kak David mencium pipiku, kedua mataku, keningku dan berputar-putar di sekujur wajahku. Aku hanya bisa diam dan menikmati. Rasanya saat itu aku sudah mulai lain. Napasku satu persatu mulai memburu seiring detak jantungku yang terpacu. Kemudian aku diangkat dan aku sempat kaget!

“Kak David …, kuat juga”. Dia hanya tersenyum dan membopongku ke kamarku. Direbahkannya aku di atas ranjang dan Kak David mulai lagi menciumku. Saat itu perasaanku tidak karuan antara kepingin dan takut. Antara malu dan ragu. Ciuman Kak David terus menjalar hingga leherku. Tangannya mulai memainkan payudaraku. “Jangan…, jangan…, acch…, acch…”, aku berusaha menolak namun tak kuasa. Tangannya mulai menyingkap menembus ke kaos Snoopy yang kupakai. Jari-jemarinya menari-nari di atas perut, dan meluncur ke BH. Terampil jemarinya menerobos sela-sela BH dan menggelitik putingku. Saat itu aku benar-benar panas dingin, napasku memburu, suaraku rasanya hanya bisa berucap dan mendesis-desis “ss…, ss…”,. Tarian jemarinya membuatku terasa limbung, ketika dia memaksaku melepas baju, aku pun tak kuasa. Nyaris tubuhku kini tanpa busana. Hanya CD saja yang masih terpasang rapi. Kak Agun kembali beraksi, ciumannya semakin liar, dan jemarinya, telapak tangannya mengguncang-guncang payudaraku, aku benar-benar sudah hanyut. Aku mendesis-desis merasakan sesuatu yang nikmat. Aku mulai berani menjepit badannya dengan kakiku. Namun malahan membuatnya semakin liar. Tangan Kak David menelusup ke CD-ku.

Aku menjerit, “Jangan…, jangan…”, aku berusaha menarik diri. Tapi Kak David lebih kuat. Gesekan tangannya mengoyak-koyak helaian rambut kemaluanku yang tidak terlalu lebat. Dan tiba aku merasa nyaris terguncang, ketika dia menyentuh sesesuatu di “milikku”. Aku menggelinjang dan menahan napas, “Kak David …, ohh.., oh…”, aku benar-benar dibuatnya berputar-putar. Jemarinya memainkkan clit-ku. Diusap-usap, digesek-gesek dan akhirnya aku ditelanjangi. Aku hanya bisa pasrah saja. Tapi aku kaget ketika tiba-tiba dia berdiri dan penisnya telah berdiri tegang. Aku ngeri, dan takut. Permainan pun dilanjutkan lagi, saat itu aku benar-benar sudah tidak kuasa lagi, aku pasrah saja, aku benar-benar tidak membalas namun aku menikmatinya. Aku memang belum pernah merasakannya walau sebenarnya takut dan malu.

Tiba-tiba aku kaget ketika ada “sesuatu” yang mengganjal menusuk-nusuk milikku, “Uch…, uch…”, aku menjerit.
“Kak David , Jangan…, ach…, ch…, ss…, jangan”.
Ketika dia membuka lebar-lebar kakiku dia memaksakan miliknya dimasukkan. “Auuchh…”, aku menjerit.



“Achh!”, Terasa dunia ini berputar saking sakitnya. Aku benar-benar sakit, dan aku bisa merasakan ada sesuatu di dalam. Sesaat diam dan ketika mulai dinaik-turunkan aku menjerit lagi, “Auchh…, auchh…”. Walaupun rasanya (katanya) nikmat saat itu aku merasa sakit sekali. Kak David secara perlahan menarik “miliknya” keluar. Kemudian dia mengocok dan memuntahkan cairan putih.

Saat itu aku hanya terdiam dan termangu, setelah menikmati cumbuan aku merasakan sakit yang luar biasa. Betapa kagetnya aku ketika aku melihat sprei terbercak darah. Aku meringis dan menangis sesenggukan. Saat itu Kak David memelukku dan menghiburku, “Sudahlah Anitajangan menangis, hadiah ini akan menjadi kenang-kenangan buat kamu. Sebenarnya aku sayang sama kamu”.

Saat itu aku memang masih polos, masih SMA, namun pengetahuan seksku masih minim. Aku menikmati saja tapi ketika melihat darah kegadisanku di atas sprei, aku jadi bingung, takut, malu dan sedih. Aku sebenarnya sayang sama Kak David tapi…, (Ternyata akhirnya dia kawin dengan cewek lain karena “kecelakaan”). Sejak itu aku jadi benci…, benci…, bencii…, sama dia.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar